Kusta; Kenali dan Obati Sejak Dini



Belum lama berlalu, tepatnya di bulan Januari yang lalu telah diperingati sebagai hari Kusta Sedunia. Peringatan ini bukan sekedar seremonial saja namun mengandung tujuan agar mengingatkan bahwa keberadaan penyakit kusta masih ada yang perlu perhatian dan kewaspadaan warga dunia terhadap penyakit ini. Diharapkan ingatan akan kusta tak hanya saat digaungkan pada saat peringatan kusta sedunia saja, namun setiap saat, mengingat penyakit ini juga berbahaya dan tidak kalah berbahya dengan penyakit lainnya.  

Di masjid tempat tinggal saya, ada kajian hadist  yang membacakan hadist dari Kitab Riyadhus Shalihin, sehabis Maghrib atau Subuh,  saya pernah membaca tentang adanya penyakit kusta ini, yang artinya sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Sahabat Anas Radiyallahuanhu, bahwa Nabi Muhammad pernah berdoa; "Ya Allah, aku berlindung padamu dari kusta, gila dan penyakit-penyakit buruk". Hadist ini diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad sahih.
Ini menjadi pertanda bahwa penyakit kusta sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad, ribuan tahun lalu. Kalau Nabi saja sudah mengajarkan umatnya untuk berdoa agar terhindar dari penyakit ini,  terlebih lagi bagi kita selaku manusia biasa.

Nah seperti apa dan bagaimana penyakit kusta itu, yuk baca sampai tuntas ya.

Mengikuti Media Gathering dan  Proyek SUKA



Alhamdullillah beberapa hari yang lalu, tanggal 14 April 2021 merasa beruntung saya berkesempatan mengikuti webinar yang diadakan oleh NLR (Yayasan Nasional anggota Aliansi NLR) dan KBR ( Kantor Berita Radio) , dimana webinar ini sangat penting dan bermanfaat, menambah pengetahuan  karena membahas seputar penyakit kusta dan bagaimana penanggulangannya. Selama ini kita mungkin abai, karena  di sekitar kita tidak ada yang menderita penyakit kusta ini, namun meski begitu kita juga tetap harus waspada karena sejatinya meskipun penyakit ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu, kusta masih ada. 

Dalam pemaparannya Citra Dyah Prastuti ( Pemimpin Redaksi KBR) menyebutkan;
-Indonesia ada di posisi rangking 3  pasien kusta terbanyak di dunia
- Masih banyaknya stigma dan diskriminasi bagi pengidap kusta
- Target Kemenkes adalah Eliminasi kusta pada tahun 2020, namun pada kenyataannya pada tahun 2021 masih ditemukan : 
a. Kasus baru kusta pada anak : 9,14%
b. Masih ada 8 provinsi yang belum bebas kusta
c. Jumlah orang dengan kusta sebanyak 20ribu

sungguh data yang tidak bisa dianggap sepeleh dan perlu ikut andil semua pihak agar kasus ini tidak bertambah, sehingga dipandang perlu untuk memberikan pemahaman tentang kusta ini kepada setiap induvidu dengan tujuan akhir agar penyakit ini dapat diberantas sampai tuntas.
Untuk itulah program SUKA perlu diluncurkan. Apa itu SUKA? SUKA diambil singkatan dari Suara Untuk Indonesia yang Bebas Kusta. Program SUKA juga akan berjalan dengan baik dengan adanya DUKA yaitu : Dukungan untuk Indonesia yang Bebas Kusta.

Mengenali Kusta
Dengan mengikuti webinar ini saya jadi melek dan sadar betapa penyakit kusta itu juga membahayakan, selama ini saya pribadi hanya terfokus dengan gaungnya penyakit corona atau yang dikenal dengan covid-19 yang marak sejak setahun yang lalu. Dan nyatanya penyakit kusta ini juga tidak bisa dianggap sepeleh ( malahan berpeleh-peleh kali ya)

Berikut ini  pemaparan materi dari dr. Christina Widaningrum, MKes. Selaku Technical Advisor Program Leprosy Control, NLR Indonesia yang perlu juga kamu ketahui;

Penyakit kusta adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh Kuman Kusta (Mycrobacterium leprae), penyakit kusta menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh lain kecuali otak. Penyakit kusta dapat disembuhkan tanpa cacat bila berobat secara dini dan teratur.

Dari penjelasan mbak Ning tersebut semakin jelaslah bagi kita bahwasanya penyakit kusta itu bukanlah penyakit keturunan, kutukan ataupun guna-guna. Pola hidup sehat dengan selalu menjaga kebersihan tentu saja menjadi hal terpenting demi terhindarnya semua bibit penyakit.

Dikatakan bahwa penyakit kusta merupakan penyakit yang menular, maka kita perlu tahu juga bagaimana cara penularannya. 



Jadi jika diketahui adanya indikasi seseorang menderita kusta maka segera mungkin harus diobati dan seluruh anggota keluarga akan berpeluang untuk tertular jika tidak berobat.

Gejala Penyakit Kusta
Menurut mbak Ning juga, cacat  kusta dapat terjadi karena kuman kusta menyerang saraf , pada pasien yang terlambat diketahui atau ditemukan. Nah untuk itu setiap kita perlu waspada dan mengetahui bagaimana gejala awal penyakit kusta. Gejala awal penyakit kusta ditandai dengan bercak putih seperti panu atau kemerahan pada kulit, mati rasa, tidak gatal dan tidak sakit.

Kemudian gejala lanjutnya ditandai dengan kecacatan pada:
1. Mata ; tidak bisa menutup bahkan sampai buta
2. Tangan; mati rasa pada telapak tangan , jari-jari kiting, memenek, putus-putus, lunglai
3. Kaki; mati rasa pada telapak kaki, jari –jari kiting, memendek, putus-putus; semper.



Dengan mengetahui gejala-gejala tersebut, jika kita merasa atau melihat kondisinya segera kita lakukan pengobatan ke Puskesmas terdekat secepatnya. Dengan  pengobatan yang dilakukan secara rutin dan teratur sampai tuntas maka cacat kusta dapat dicegah dan dihindari.
Jadi semakin jelaslah bagi kita bahwa penyakit kusta bukan penyakit kutukan atau guna-guna. Tidak perlu dihina atau bahkan dikucilkan. Kusta masih bisa disembuhkan asal berobat secara rutin dan teratur sampai tuntas. 

Sebagai sesama manusia, stop stigma atau anggapan buruk terhadap para penderita kusta atau disabilitas lainnya, karena sejatinya kedudukan manusia sebagai makhluk tuhan adalah sama.

Semoga bermanfaat

Tidak ada komentar

Terima kasih mau menuliskan komentar disini